Legenda Naga Yang Ada di Bali


(bagian Ketiga tulisan Mite dan Legenda Bali: bertanding dengan kisah-kisah dunia)

    Tradisi Legenda naga tersebar di berbagai belahan dunia, di Bali, kisah terlibatnya sang naga dalam terbentuknya pulau Bali ada dalam dua kisah. Yang pertama, diawali menceritakan Sri Jayengrat, raja di sebuah negeri yang memiliki kekuasaan luar biasa. Menjadi tanda betapa bali memiliki berbagai kisah yang dapat bertanding dengan kisah-kisah legendaries di dunia.

    Suatu hari, Sri Jayengrat dikawal oleh para patih, punggawa dan rakyat ditemani pula permaisurinya, bernama Dewi Manik Galih berburu ke tengah hutan. Perburuan itu sungguh menyenangkan hati, karena itu diputuskan untuk mencari hutan yang belum terjamah oleh manusia. Perjalanan jauh pun dilakukan dengan kegembiraan; melewati gunung, hutan dan lembah bahkan beberapakali melewati jurang. Akhirnya rombongan Sri Jayengrat tiba di tepi hutan yang belum terjamah manusia. Hutan itu nampak lebat namun anehnya demikian senyap, tak terdengar sekali pun suara binatang, karena itu diputuskan untuk  menyusup jauh ke tengah hutan untuk mendapatkan binatang buruan.

    Lalu semua prajurit merabas semak-semak membuat jalan bagi rombongan Sri jayengrat. Namun anehnya, hingga tiba di tengah hutan, tak juga seekor pun binatang yang dapat diburu. Sri jayengrat sungguh penasaran hatinya, dia ingin melanjutkan perburuannya dengan memasuki hutan lebih jauh lagi. Namun permaisurinya  menolak ikut, " hamba merasa sangat lelah, semua orang juga teramat lelah. Marilah, istirahat sejenak kanda, di sini tempat yang cukup bagus dan aman untuk istirahat setelah segar kita lanjutkan perjalanan kembali…"

    Sri Jayengrat tersenyum, "dinda, kanda penasaran sekali dengan hutan ini, janganlah menghalangi niat kanda berburu dan mencermati isi hutan ini. Dinda menunggu di sini, dikawal oleh para prajurit yang kelelahan dipimpin oleh patih Gajah Para, kanda akan melanjutkan perburuan…"

    Dewi Manik Galih tersenyum, memahami kekerasan hati suaminya. Angin semilir mulai mendesir, " berangkatlah kanda.." Dan Sri jayengrat berpesan kepada Gajah Para,"Patih Gajah Para, jagalah istriku di sini dengan dua puluh prajurit, jangan lengah walau tempat ini nampak datar dan nyaman…"
   
    "Tentu tuanku, hamba akan menjaga permaisuri dengan tak lengah sedikit pun…"

    Berangkatlah Sri jayengrat dikawal ratusan pasukan merabas semak belukar, melanjutkan perburuan. Sementara permaisurinya, Dewi Manik Galuh dikawal dua puluh orang, disertai beberapa dayang-dayang dicarikan tempat yang teduh dan lebih nyaman. Patih Gajah Para dengan cermat memeriksa sekelilingnya. Namun rasa lelah yang luar biasa, disertai angin semilir terus menerus mendesir. Rasa kantuk mulai menyerang semua orang. Dewi Manik Galuh akhirnya jatuh lelap begitu pula dayang-dayangnya, tak lama kemudian semua pengawal ikut pula tertidur pulas, kecuali Patih Gajah Para yang merasakan keanehan, melihat semua pengawal dengan mudah jatuh tertidur, penuh siaga dia mengambil sikap waspada. Dengan hati-hati diamatinya sekeliling. Namun tak ada tanda-tanda yang mencurigakan.

    Patih Gajah Para pun merasa teramat tenang, namun saat itulah tanpa dia sadari seekor naga, tengah mengamati Dewi Manik Galuh, naga itu bernama Naga Taksaka. Naga yang jail dan senang membuat onar. Melihat Patih Gajah Para yang sibuk mengamati ke semua arah, Naga Taksasa dengan senyum nakal mengubah dirinya menjadi seekor ular hitam yang kecil, ular tanah yang berkilau. Dengan penuh kemenangan Naga taksaka yang sudah berubah menjadi ular kecil merayap di kaki Dewi Manik Galuh. Patih gajah Para merasa ada sesuatu yang aneh, dia berpaling melihat kiri kanan, lalu mengamati satu persatu para pengawal dan dayang-dayang, semua tertidur lelap. Dan betapa terkejut hatinya saat melihat ular kecil merayapi kaki permaisuri. Digoyangnya tubuh para dayang, tak ada yang terjaga, ditendangnya para pengawal, semua lumpuh dalam tidur. Ular itu makin merayap naik menuju betis, dengan gugup patih gajah para mencari ranting yang panjang, dicukilnya ular itu agar tak menggigit sang permaisuri. Naga taksasa tersenyum –senyum di hati dan sengaja melekatkan dirinya, makin panik Patih Gajah Para, takut jika ular itu menggigit junjungannya. Dengan kuat ujung ranting dicukilkannya, dan membuat permaisuri terjaga begitu pula para dayang-dayang  begitupula semua pengawal tiba-tiba seperti hilang lenyap kantuknya.

    Betapa murka Dewi Manik Galih melihat patih Gajah para berdiri mengangkang dengan ranting ditangannya hanya selengan jarak dari dirinya,"Hah kau patih gajah para, betapa tak kusangka engkau ternyata punya hasrat tak baik kepadaku…"

    "Tidak tuanku, hamba akan mengusir ular kecil…’

    "mana ular kecil itu?" sanggah Dewi Manik Galuh.

    Patih Gajah Para tergagap. Ular kecil itu telah hilang lenyap, tanpa bekas. Naga Taksasa telah pergi jauh dengan tawa yang panjang di langit. Hujan pun turun, dewi manik galuh dengan amarah luar biasa mengajak semua dayang dan pasukan menyusul suaminya. Dan dengan gundah Patih Gajah para mengikuti dari belakang akhirnya di suatu tempat sri jayengrat bersama rombongan ditemukan oleh permaisuri, betapa kagetnya sri jayengrat,"adinda, kenapa menyusul?..."

    "Patih Gajah Para berani-berani menggoda dinda…"

    Patih gajah Para dengan gagah melangkah, menyembah dengan penuh yakin," demi junjungan dan para leluhur, tidak benar seperti yang dipikirkan oleh permaisuri, izinkan hamba menjelaskan…"

    "tidak, dinda telah ternoda…"

    Patih Gajah Para berusaha menjelaskan,"Begini ceritanya Baginda, semua tertidur, lalu seekor ular kecil berwarna hitam merayap di kaki permaisuri, hamba berusaha mencungkil ular itu agar tidak menggigit kaki permaisuri…lalu permaisuri terjaga, semua terjaga, hamba dalam posisi berdiri di dekat permaisuri dengan ranting di tangan…"

    Sri Jayengrat mengangguk, percaya dengan cerita Patih Gajah Para, namun permaisuri berkata dengan tangis,"kanda, semua tertidur lalu terjaga, di belakang hari akan ada saja cerita yang berbeda mengenai kejadian ini, hamba tak boleh lalai, demi kesetiaan hati hamba, hamba mohon pamit…"

    Patih Gajah Para tersentak,"Pikiran hamba benar, tangan ini yang salah, baiklah, hamba potong jempol hamba sebagai bukti hamba setia dan bakti kepada tuanku…"

    Sri jayengrat terkejut,"aku percaya kesetiaanmu patih, juga aku percaya kepada istriku…"

    Namun Patih gajah para sudah terlanjur memotong jempolnya dan permaisuri bersikeras hendak membuktikan kesetiaannya dengan membakar diri. Dengan sedih sri jayengrat memenuhi permintaan istrinya. Dan setelah permaisurinya menjadi abu diperintahkannya membuat dua kapar (rakit besar): yang satu berisi abu istrinya dipenuhi oleh berbagai peralatan upacara, kapar yang lain kapar lebih kecil ditumpangi oleh gajah para yang karena memotong tangannya berganti nama ki demang copong yang mengajak putranya ikut dipenuhi bunga. Dengan ribuan orang, dua kapar itu juga dikawal dan dipimpin oleh sri jayengrat.

    Di tengah lautan yang bernama jambu dipange, bertepatan disaat itu Batara pasupati beserta putra-putranya tengah bersemadi, tengah menciptakan sebuah pulau di tengah laut jambu dipange, saat kapar-kapar itu bergerak ke timur dan ke barat, cukup jauh jaraknya satu sama lain, saat itulah kekuatan cipta betara pasupati tengah bergerak, yang nampak awalnya adalah lautan berbuih-buih putih, lama-lama mendidih, lalu bergetar-getar lautan oleh gempa yang maha dahsyat kemudian lautan semakin memutih dan membuat dua kapar itu terjebak, tak bisa bergerak, lalu tiba-tiba terdengar suara," …gelgel jagat kapar…"  dan itulah awalnya terbentuk pulau bali, gelgel artinya mengeraslah jagat mengikuti bentuknya kapar.

    Kisah yang lain mengenai terbentuknya pulau bali dengan tradisi kisah naga ; adalah kisah yang bermula dari kekariban hubungan Batara Basuki yang berdiam di gunung agung (tohlangkir) dengan seorang rsi bernama Siddimantra yang memiliki seorang putra bernama Bang Manik Angkeran, yang lahir dari Homa.

    Mite yang legendaris ini termuat dalam sebuah babad, menceritakan hubungan karib antara seorang rsi dengan naga raja atau disebut Batara Besukih. Kekariban itu mangkin kuat saat sang rsi mencari putra tunggalnya Bang Manik Angkeran yang jarang pulang karena senang berjudi.

    Suatu ketika sang rsi menemui sang naga, meminta bantuan untuk mencari dimana sekiranya keberadaan sang putra. Sang naga raja mengiyakan permintaan itu dan meminta diberi susu lembu. Diceritakan kemudian Bang Manik Angkeran hatinya tergugah untuk pulang, dan ayahnya tersenyum bahagia mengingat kemudian janjinya kepada sang nagaraja, lalu dia berangkat kembali ke gunung agung, mempersembahkan susu lembu serta mengucapkan terima kasih bahwa putranya terkasih telah pulang.  Saat itulah sang rsi  berkesempatan menyaksikan rupa sang nagaraja yang penuh wibawa dengan tubuh panjang, dengan ekor bermahkota.

    Usai meminum susu, sang naga raja menghadiahkan emas sebesar buah kelapa. Sang rsi pun kembali pulang dan putranya yang mabuk oleh judi, terheran-heran mengetahui ayahnya memiliki emas sebesar butir kelapa, "dari manakah ayahanda dapatkan emas sebesar ini?" tanyanya penuh rasa ingin tahu, sang rsi tidak menjelaskan, hanya menjawab," kalau engkau hendak meminta emas ini, bawalah…"

    Bang Manik angkeran yang tengah dimabuk oleh kesenangan berjudi, kembali kalah dan terus memikirkan soal asal emas yang diberikan ayahnya, kembali dia bertanya kepada ayahnya soal asal emas itu. Karena kasih sayang yang luar biasa, sang rsi menceritakan mengenai asal emas itu. Bang Manik angkeran lalu secara diam-diam meniru sikap sang ayah, mencari susu lembu dan membawa genta milik sang ayah, lalu melakukan semadi di depan  sebuah goa di kaki gunung agung, tak lama kemudian ke luar sang naga raja,"ah,engkau rupanya, putra sahabatku….ada apakah…"

    Bang manik angkeran menyahut dengan senang hati,"hamba meniru apa yang dilakukan ayahanda, mempersembahkan kepadamu susu lembu…"

    "hm….adakah permintaan yang hendak engkau sampaikan…"

    Bang Manik angkeran menceritakan kesukaannya berjudi dengan kekalahannya yang bertubi-tubi hingga menghabiskan seluruh kekayaan ayahnya, Nagaraja dengan bijak memberikan hadiah emas permata,"pergilah…."

    Diceritakan kembali Bang Manik Angkeran berjudi, dan kalah kembali, lalu hasratnya yang tak terbendung kembali menemui sang nagaraja dengan cara yang sama, namun saat sang nagaraja ke luar, hatinya ciut, tak berani menyampaikan keinginannya, namun saat sang nagaraja hendak kembali ke peraduan, disebabkan badannya panjang, saat kepalanya telah tiba di peraduan, ekornya masih di luar, ekor bermahkota emas intan berlian, Bang Manik angkeran tak tahan untuk tidak mendapatkan modal buat memenuhi hasratnya berjudi dengan senjata yang selalu terselip di pinggangnya, disabetnya ekor bermahkota itu, sang nagaraja, murka, seketika muncul dan menyemburkan api dari mulutnya, bang manik angkeran pun seketika hangus menjadi abu sedangkan mahkota di ekor sang nagaraja juga telah terpotong.

    Seperti biasa sang rsi kembali sibuk mencari sang putra, bertanya kemana-mana, namun tak mendapatkan informasi, dimana putranya berada. Akhirnya dia kembali menuju gunung agung, berniat meminta bantuan sang nagaraja, dan terkejut hatinya saat di depan goa mengenali genta dan senjata yang tergeletak di dekat seonggok abu.

    Dengan hati sedih sang rsi melakukan semadi, memanggil sang nagaraja, yang muncul segera dan dengan penuh kebijakan menceritakan apa yang sudah terjadi, "sahabatku, tolong, sambungkan ekorku…"

    Sang rsi yang sakti dan merasa malu akan ulah anaknya, lalu menjawab,"menurut hamba, mahkota itu sebaiknya di pasang di kepala, akan menambah kewibawaan dan akan membuat batara dapat terbang…"

    Sang nagaraja setuju dan senang dengan usulan itu, maka terpakailah mahkota di kepala sang naga dan ekor itu tidak perlu disambung dengan mahkota, dan sang rsi kemudian memohon agar putranya dihidupkan kembali dan menjadi pelayan di gunung agung. Sang nagaraja menyetujui permintaan itu, maka hidup kembali Bang manik angkeran, dan sang rsi mengingatkan putranya untuk bertobat, tidak mabuk oleh judi dan menebus kesalahannya dengan menjadi pelayan bagi sang nagaraja dan mengurus pasraman di kaki gunung agung.

    Bang Manik angkeran mentaati perintah dan nasehat ayahnya, sang rsi, yang segera kembali menuju daha, namun di perbatasan dalam perjalanannya, sang rsi berpikir akan kenakalan putranya, karena itu sang rsi beryoga, memohon agar terpisah antara wilayah gunung agung dengan daha, maka disebutkan terjadilah gempa luar biasa, petir dan tiba-tiba laut membuncah, membelah bumi; menjelma menjadi segara rupek, atau selat bali. Itulah awalnya pulau bali terbentuk.

    Dua kisah tadi dalam kesempatan ini saya tulis dengan meringkas, sebab yang paling penting adalah mengingatkan kembali tentang tradisi legenda para naga yang ada di seluruh belahan dunia, dan Bali juga memiliki. Dari berbagai legenda naga di dunia memang memunculkan beraneka gambaran mengenai rupa naga, ada naga yang bersayap ada juga digambarkan cobra. Dari yunani hingga cina, bahkan  papua. Semua menyimpan kisah-kisah legendaris mengenai naga, dan Bali ternyata memiliki kisah serupa, yang memberi penanda akan  tahapan  proses terbangunnya peradaban; jika dari mite trunyan awalan asal muasal, mengenalkan tradisi memuja danau, kemudian tradisi memuja gunung, lalu  Bali memiliki pula tradisi kisah para naga, yang jika ditandingkan dengan kisah-kisah yang tersebar di dunia, sungguh dapat dijadikan perenungan kembali.

(bagian pertama tulisan Mite dan Legenda Bali: bertanding dengan kisah-kisah dunia)
(bagian Kedua tulisan Mite dan Legenda Bali: bertanding dengan kisah-kisah dunia)

No comments:

Post a Comment